Dr. Umar Shahab: Ibadah yang Membentuk Karakter Mulia, Kunci Menjadi Pribadi Bertakwa

Sadranews- Kaprodi MAFI STAI Sadra, Dr. Umar Shahab mengatakan kepribadian yang baik terbentuk melalui ibadah, yang tercermin dalam dua aspek utama: melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Salat, misalnya, mencegah seseorang dari perbuatan keji (fahsya’) dan mungkar. Fahsya’ merupakan keburukan esensial seperti kezaliman, sedangkan mungkar adalah keburukan yang bukan esensial dan dianggap biasa oleh sebagian masyarakat dunia, seperti konsumsi minuman keras atau zina. Selain itu, zakat berperan dalam membersihkan jiwa, membantu seseorang terbebas dari sifat buruk, dan memperkuat ketakwaan. Begitu pula dengan puasa, yang secara bahasa berarti menahan diri, mengajarkan pengendalian hawa nafsu dan pengendalian potensi-potensi berbuat keburukan. Ibadah bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana pembentukan karakter, menjadikan manusia lebih baik dalam menjalani kehidupan.

Ia melanjutkan, puasa tidak hanya tentang menahan lapar, tetapi juga sarana mencapai ketakwaan. Dalam ayat tentang puasa, Allah menggunakan kata “la’allakum” (semoga), yang menunjukkan harapan, tetapi janji-Nya bahwa puasa membawa ketakwaan adalah kepastian. Namun, realisasi ketakwaan bergantung pada manusia itu sendiri. Allah telah memberi perangkat untuk mencapainya, tetapi usaha untuk menjadi orang yang bertakwa harus dilakukan secara terus-menerus. Menariknya, dalam Al-Qur’an, surga diperuntukkan bagi orang bertakwa, sedangkan neraka bagi orang kafir. Padahal, lawan kafir seharusnya mukmin, bukan orang bertakwa. Ini menunjukkan bahwa iman saja tidak cukup untuk meraih surga- diperlukan ketakwaan sebagai bentuk keimanan yang aktif dan berkelanjutan.

“Salat, puasa, dan zakat memiliki hubungan erat dalam membentuk kepribadian yang baik dan menjadikan seseorang bertakwa. Namun, jika sebuah masyarakat yang dianggap religius masih melanggar aturan agama, bisa jadi pengamalan agamanya tidak benar atau hanya bersifat formal tanpa pemahaman yang mendalam, komitmen, dan konsistensi. Agama yang hanya dijalankan secara formal tidak akan berdampak besar pada perilaku individu maupun sosial. Padahal, jika ketiga kewajiban ini diamalkan dengan benar, seharusnya dapat membentuk manusia yang taat dan tidak mudah melanggar ajaran agama,” tegas Dr. Umar, Kaprodi MAFI STAI Sadra saat menyampaikan Kajian Ramadhan 1446 H di Masjid Al Mustafa, Kampus STAI Sadra, Senin (10/3/2025).

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top